Ciri Perilaku Toxic Parenting

Pernah mendengar istilah orangtua toxic? Bagaimana ya ciri-ciri orang tua toxic? Apa mungkin Juniors merasa seperti orangtua toxic? Semoga tidak, ya. Kita sebagai orangtua mungkin selalu ingin memberikan yang terbaik bagi Si Kecil. Akan tetapi, terkadang kita tidak dapat menggunakan cara yang tepat sehingga mungkin saja justru terlihat menjadi toxic. Perilaku ini tentu saja akan memberikan dampak yang kurang baik bagi keluarga, terutama Si Kecil. Perilaku orangtua yang toxic yang terjadi secara sengaja maupun tidak sangat dapat memicu kerusakan mental dan emosional Si Kecil khususnya dalam masa tumbuh kembangnya. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu apa saja ciri perilaku toxic parenting dan juga dampak buruknya bagi Si Kecil.

Baca Juga: Sleep Training Bagi Si Kecil

Ciri umum Toxic Parents

  • Selalu Memikirkan Diri Sendiri

Ciri pertama dari orangtua toxic yaitu ia akan selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri hingga mengesampingkan apa yang Si Kecil butuhkan. Meski mereka akan tetap berkata bahwa ia menyayangi Si Kecil namun dari perilakunya akan menggambarkan hal sebaliknya.

  • Menunjukkan Ketidak pedulian

Sikap kurang memberikan perhatian saat waktu penting juga merupaka ciri dari orangtua yang toxic, lho! Orangtua seperti ini biasanya tidak akan mempedulikan kata-katanya yang ia katakana pada Si Kecil, dan ini sangat berpotensi melukai perasaannya. Mereka juga tidak suka mendengarkan apa yang Si Kecil katakana dan memaksakan opininya.

  • Tidak Memiliki Rasa Simpati

Tidak simpati, ini adalah hal yang sangat mendasar. Jika orangtua tidak menunjukkan hal ini maka bisa jadi orangtua tersebut masuk dalam kategori toxic parents.Tidak menunjukkan simpati apapun kepada anak, bisa menjadi ciri-ciri orang tua toxic atau toxic parents.

Toxic parent akan lebih cenderung tidak memikirkan apa yang Si Kecil rasakan, sehingga ia menganggap bahwa hal atau peristiwa tersebut adalah hal yang biasa saja.

  • Bahkan, Berperilaku Kasar

Apabila terucap kata-kata kasar pada anak, maka ini adalah tanda pasti dari orangtua yang toxic. Biasanya, perkataan ini adalah bentuk luapan dari kemarahan yang tidak dapat ia kendalikan sehingga tertuang pada anak. Hal ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan psikologis dan mental Si Kecil, menentukan kepribadiannya kelak.

  • Terlalu Sering Menuntut

Mereka akan sangat sering menuntut Si Kecil agar mau mengikuti kemauan orangtua, terkadang bahkan untuk hal yang tidak baik. Dalam mengarahkan anak untuk menjadi seperti sesuatu tentu adalah hal yang wajar, namun jika melampaui kemampuannya justru hanya akan memberi dampak buruk baginya.

Baca Juga: Delapan Tanda Si Kecil Yang Lahir Sehat

Nah tadi kita sudah membahas ciri perilaku toxic parenting. Apakah Juniors merasakan salah satunya? Yuk kita mulai memperbaiki diri demi keluarga dan pertumbuhan Si Kecil yang lebih baik untuk masa depannya! -KJ

Yuk Kenali 5 Macam Cara Belajar Anak

Tentu Juniors ingin Si Kecil dapat menjadi seseorang yang pintar. Namun, terkadang orangtua masih belum memahami tentang gaya belajar yang paling tepat untuk anaknya. Satu waktu, jika Si Kecil masih belum mengetahui gaya belajar terbaik, itu akan menghambatnya untuk memperoleh pelajaran dengan optimal. Seperti yang kita tahu, cara setiap orang dalam belajar pasti berbeda dan unik. Nah, jika Mama kini sedang ingin membantu Si Kecil, maka kita akan membahasnya di artikel ini!

Baca Juga: Mengajak Si Kecil Berolahraga dan Menjadi Lebih Sehat
1. Gaya belajar visual oriented
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda. Apabila Si Kecil memiliki gaya belajar ini, maka ia biasanya adalah seseorang yang rapi dan teratur. Gaya belajar ini berfokus pada penglihatan dan akan lebih banyak menggunakan indera pengelihatan dan ketelitian. Ciri-ciri anak yang mengedepankan gaya belajar visual antara lain:
  • Selalu mengamati pengajar
  • Suka membaca sesuatu dan belajar dari yang ia lihat
  • Mampu mengingat lebih baik sesuatu yang ia lihat
  • Cenderung mempunyai kemampuan menggambar dan mencatat dengan detail
  • Suka belajar dengan peragaan dan praktik langsung
2. Gaya belajar dengan pendengaran

Seseorang dengan gaya belajar ini umumnya memiliki indera pendengaran yang sangat baik. Ia mampu menghafal dan memahami sesuatu dengan mendengar yang tentu juga berkaitan dengan membaca. Biasanya, jika ia memiliki gaya belajar ini makai a akan memiliki ciri di bawah ini.

  • Lebih aktif bertanya jika ada yang tidak ia mengerti
  • Dapat mengulan informasi yang ia dengar dengan sangat baik
  • Senang bercerita dan berdiskusi sehingga suka berkelompok
  • Senang mendengarkan cerita orang lain namun juga selalu ingin didengar

Akan tetapi ia juga berpotensi memiliki kekurangan seperti adanya informasi penting yang mungkin terlupakan sehingga baik untuk membiasakannya untuk mencatat.

3. Gaya belajar dengan analisa tinggi

Model belajar ini biasanya berisi anak-anak yang mampu menganalisa sesuatu dengan baik karena rasa ingin tahu yang sangat besar. Tanpa Mama sadari, ia akan terbiasa untuk menjadi seseorang yang spesifik. Umumnya dalam mengerjakan sesuatu, ia akan  mengerjakannya secara bertahap. Cirinya antara lain:

  • Memiliki daya logika yang baik
  • Konsisten pada satu hal
  • Selalu fokus dalam menyelesaikan suatu tugas
  • Teratur
4. Gaya belajar global
Si Kecil dengan gaya belajar ini akan mampu memahami suatu hal yang menyeluruh dengan sangat baik. Ciri-ciri yang ia miliki biasanya:
  • Mampu melakukan banyak tugas bersamaan
  • Sangat bekerja keras sampai tuntas meski tidak orangtua ingatkan
  • Umumnya lebih sensitif terhadap suatu hal
  • Mampu bekerjasama dengan baik meski karakternya berbeda-beda
  • Mampu mendeskripsikan suatu hal dengan kata-kata dengan baik

Meski ia mampu mengartikan kondisi dengan baik dan mengenali situasi, ia juga masih memiliki kekurangan seperti cepat kelelahan karena banyak hal yang ia lakukan, cenderung agak sedikit berantakan dan mudah bosan.

Baca juga: 6 Tips Mendekorasi Ruang Belajar Anak agar Lebih Kondusif

5. Gaya belajar kinestetik

Jika Si Kecil sering tidak mau diam saat belajar maka ini adalah ciri-cirinya. Gaya belajar ini sangat efektif untuk anak yang aktif bergerak. Biasanya anak dengan gaya belajar ini tidak begitu banyak dibandingkan anak dengan gaya belajar lain, akan tetapi kelebihannya adalah ia dapat lebih mudah berbaur dengan anak-anak lainnya. Cirinya adalah:

  • Suka belajar langsung dan tidak hanya teori saja
  • Suka aktivitas belajar yang aktif daripada statis
  • Suka menghapal sesuatu dan dapat belajar meski ia sedang bergerak seperti berjalan
  • Umumnya adalah anak yang aktif
  • Suka belajar dengan adanya alat peraga yang dapat membantu
Baca Juga: Pentingnya Kedekatan Si Kecil dengan Papa

Nah bagaimana, Ma? Kira-kira mana dari kelima jenis ini yang paling menggambarkan Si Kecil? Jika sudah mengetahuinya maka Mama dan Papa dapat mulai membantu proses berkembangnya dengan cara yang tepat. Jika Si Kecil mampu belajar dengan optimal maka pasti ia akan menjadi pribadi yang pintar. -KJ

Makanan Untuk Si Kecil yang Sedang Tumbuh Gigi

Tidak terasa Si Kecil kini mungkin sedang berada dalam masa tumbuh gigi, ya. Wah, momen ini adalah momen yang biasanya akan membuat Mama pusing karena biasanya akan menyebabkan Si Kecil menjadi lebih rewel. Salah satu yang paling membuat Si Kecil menjadi rewel adalah sensai tidak enak di mulutnya sehingga kita membutuhkan perawatan khusus seperti dengan memberikan makanan yang tepat. Kini admin akan memberikan beberapa rekomendasi makanan yang cocok untuk Mama berikan pada Si Kecil yang sedang tumbuh gigi.

Baca Juga: Mengapa Papa Harus Sering Menggendong Si Kecil?

  • Makanan bertekstur lembut

Makanan dengan tekstur yang lembut akan membuat gigi dan gusi Si Kecil bekerja dengan lebih ringan. Karena itulah makanan seperti ini cocok untuk Si Kecil yang sedang dalam masa tumbuh gigi. Beberapa contoh makanan yang tepat adalah bubur, pure buah, sayur dan smoothies.

  • Biskuit khusus

Biskuit khusus bayi dan balita biasanya memiliki tekstur yang keras di bagian luar namun lembut di dalamnya. Hal ini menjadikan biskuit tersebut sangat tepat untuk dikonsumsi Si Kecil. Selain tekstur, pastikan Mama memilihkan biskuit yang sehat ya.

  • Makanan dengan penyajian dingin

Mungkin beberapa Mama akan menghindari Si Kecil dari makanan dan minuman dingin karena alasan takut akan penyakit seperti flu. Padahal, makanan dingin dapat memberikan efek kebas (mati rasa) pada gusi. Mama dapat memberikannya makanan seperti buah yang dingin, es krim, yoghurt. Namun ingat untuk tidak terlalu banyak memberikan makanan dingin tersebut ya, karena akan memicu batuk yang justru ingin kita hindari.

  • Makanan beku yang keras

Nyaris mirip dengan makanan dingin, makanan beku yang keras juga memiliki manfaat pada saat saat tertentu. Ketika kita mendapati Si Kecil merasa sangat terganggu karena rasa gatal di gusi, maka inilah saatnya memberikan makanan seperti ini. Mama dapat membuatkan makanan berupa potongan wortel dingin keras namun perlu dengan pengawasan karena bisa saja ia malah jadi tersedak.

  • Makanan dengan kuah

Makanan yang memiliki kuah tentu akan membuat Si Kecil merasa nyaman khususnya saat ia sedang menghadapi fase tumbuh gigi. Makanan ini umumnya mudah saat dikunyah, namun terlebih dahulu pastikan kuahnya tidak terlalu panas atau terlalu dingin sehingga nafsu makan Si Kecil akan terus terjaga dan dapat menghabiskan seluruh makanan yang Mama berikan.

Baca Juga: Mencegah Si Kecil Agar Tidak Menjadi Pembully

Nah tadi adalah beberapa pilihan makanan saat Si Kecil tumbuh gigi. Oiya kita juga perlu teliti untuk tidak memberikan makanan yang terlalu asam, asin dan pedas ya. Makanan seperti itu justru akan memberikan sensasi menyengat dan justru membuat peradangan pada gusi. Selamat mencoba! – KJ

 

Mengapa Papa Harus Sering Menggendong Si Kecil?

Memasuki dunia baru sebagai orangtua, pasti akan menciptakan tantangan baru khususnya bagi Papa! Meski dapat kita asumsikan bahwa pengasuhan anak biasanya identik dengan Mama tapi hal ini bukan berarti Papa tidak memiliki peran. Papa juga harus turut bekerjasama dengan Mama. Seperti jika Mama sedang sibuk, Papa juga harus bisa untuk menggendong Si Kecil. Mengapa? Karena ternyata saat papa menggendong anak akan memberi banyak manfaat untuknya! Berikut diantaranya:

  • Meningkatkan keintiman Papa dan Si Kecil

Memiliki waktu intim bersama anak merupakan hal yang cukup langka bagi Papa. Hal ini wajar karena biasanya papa akan lebih banyak sibuk di luar rumah yang tentu menguras waktu. Nah dengan memanfaatkan waktu bersama Si Kecil sambil menggendongnya,  interaksi antara Papa dan Si Kecil akan semakin baik. Hal ini tentu akan berdampak pada ikatan emosional yang semakin baik. Ia pun akan merasa nyaman saat bersama Papa dan tentu merasa aman.

  • Menenangkan dan membuat kualitas tidur yang baik

Kontak langsung dengan Si Kecil sejak bayi sangat dapat memberikan rasa nyaman dan tenang bagi Si Kecil. Selain bagi Si Kecil, kontak ini pun akan secara cepat mengurangi tingkat stress pada Papa yang mungkin sedang memikirkan banyak pekerjaan.

Baca Juga: Pentingnya Kedekatan Si Kecil dengan Papa

  • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh Si Kecil

Dampak jangka panjang jika Papa menggendong Si Kecil adalah sistem kekebalan tubuhnya yang akan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena sistem kekebalan tubuh papa mengirimkan antibody melawati kulit ke anak sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh Si Kecil.

  • Ia merasa sangat dicintai

Semakin sering interaksi terjadi antara Papa dan Si Kecil, akan membuat ia merasa dicintai oleh orangtuanya. Figur seorang ayah yang menjaga keluarga akan melekat di dalam pikirannya. Kelak setelah ia tumbuh dewasa, anak laki-laki akan menjadi figur yang juga sayang dengan keluarganya, dan anak perempuan akan mampu mencari figur suami yang baik seperti yang digambarkan oleh ayahnya.

Bagaimana agar Papa terbiasa menggendong Si Kecil?

Survey Persil Non-Bio and Comfort Pure menjelaskan bahwa sekitar 60% ayah baru memiliki perasaan khawatir saat menggendong anaknya. Wajar, menggendong tubuh yang masih rapuh membutuhkan pendekatan khusus apalagi bagi laki-laki. Karena itu, terdapat beberapa cara untuk membiasakannya seperti dengan mengajak Papa mengikuti kelas persiapan kelahiran atau seminar tertentu. Selain itu, mencontohkan beberapa cara menggendong bayi kepada Papa secara berkelanjutan. Dengan begitu, Papa akan menjadi lebih paham dan terbiasa untuk menggendong Si Kecil bahkan melakukan banyak hal lainnya.

Nah semoga kini Papa bisa selalu terlibat dalam mengasuh Si Kecil ya, karena bagaimanapun kuncu parenting yang baik adalah kerjasama antara Papa dan Mama bahkan hingga hal terkecil seperti saat Papa menggendong anak. -KJ

 

Mengenal Ragam Pengasuh Anak

Bagi sebagian Mama, mungkin istilah baby sitter sudah tidak lagi asing, ya? Namun ternyata ada dua profesi pengasuh anak lain yang ternyata banyak digunakan, loh! Mungkin sebagian lagi sudah pernah mendengar nanny maupun governess, namun beberapa juga tidak mengetahuinya. Meski sebenarnya sama-sama merupakan perawat anak namun ketiganya memiliki fokus yang berbeda. Apa saja?

Membahas perbedaan baby sitter, nanny dan governess

Meski sederhananya tugas mereka berdua adalah sama yaitu untuk mengasuh, merawat dan menjaga Si Kecil namun ternyata fokusnya tetap berbeda. Hal ini juga berdasarkan kondisi Si Kecil yang berbeda saat ia masih bayi dan saat sudah menjadi balita.

Baca nanti: Perkembangan Motorik Si Kecil yang Harus Diketahui

Baby sitter

Baby sitter merupakan orang yang wajib memiliki pengalaman pelatihan untuk dapat mengasuh dan merawat bayi. Mereka akan berfokus untuk merawat bayi hingga usia maksimal 24 bulan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya merawat bayi tidaklah sembarangan. Merawat bayi memiliki kesulitan sendiri karena bayi masih belum dapat berkomunikasi dengan orang lain, sehingga mereka dituntut untuk lebih peka. Kepekaan tersebut lah yang terus dilatih dan wajib dimiliki seorang baby sitter.

Tugas seorang baby sitter biasanya akan berkaitan dengan mengisi segala kebutuhan utama Si Keci seperti memandikan, mengganti popok, membuatkan makanan bayi (MPASI) dan menjaga keselamatan Si Kecil. Namun baiknya tetaplah membicarakan hal ini terlebih dahulu dengan agen atau pengemban tugas tersebut.

Nanny

Setelah membahas baby sitter, kini ada profesi serupa namun tak sama lainnya, yaitu nanny. Apabila baby sitter berfokus pada bayi berusia maksimal 24 bulan, nanny bisa menjadi pengasuhnya saat Si Kecil tumbuh dari usia 2 tahun hingga 5 tahun. Biasanya tugas nanny akan menjadi lebih kompleks lagi. Meski Si Kecil sudah lebih mampu untuk berkomunikasi, ia juga lebih pintar untuk bergerak, dan meniru sekelilingnya.

Karena inilah maka tugas seorang nanny menjadi lebih rumit karena membutuhkan mereka yang benar-benar dapat membimbing dan mendidik Si Kecil sesuai usianya. Bahkan saat tertentu juga ia berperan seperti orangtua Si Kecil yaitu untuk menentukan boleh dan tidak boleh ia lakukan sehingga Si Kecil tumbuh dengan baik.

Governess

Istilah lain yang mungkin agak asing bagi kita adalah governess yang dapat kita definisikan sebagai perawat anak. Namun dalam pengertian ini adalah mereka yang sudah berusia 5 hingga remaja. Pada usia ini, umumnya anak sudah memasuki masa sekolah dan memperoleh beberapa pelajaran tertentu. Pada prosesnya, terkadang membutuhkan seorang perawat anak yang berkompeten dalam mendidik anak.

Governess juga terkadang dipanggil untuk membantu merawat anak berkebutuhan khusus (ABK) karena dinilai mampu untuk mendalami interpersonal Si Kecil dengan kemampuannya.

Nah tadi adalah beberapa perbedaan antara baby sitter, nanny dan governess. Meski pada hakikatnya adalah pengasuh anak, namun ketiganya memiliki konsentrasi yang berbeda yang perlu Papa dan Mama amati kesesuaiannya dengan Si Kecil. Semoga artikel ini membantu, ya! -KJ

 

Mencegah Si Kecil Agar Tidak Menjadi Pembully

Setelah sebelumnya kita membahas jika Si Kecil menjadi korban Bullying, kali ini kita akan membahas bagaimana agar Si Kecil kelak tidak menjadi pembully. Papa dan Mama pun perlu tahu bahwa sebenarnya dibalik seorang anak yang menjadi pembully, adabanyak faktor yang membuatnya menjadi demikian. Faktor-faktor yang berpengaruh biasanya adalah pola asuh atau trauma yang diterima Si Kecil.

Pada dasaranya, anak kecil yang menjadi pelaku pembullyan membutuhkan bimbingan dari Papa dan Mama. Orangtua dapat mengajarkannya bagaimana cara mengolah rasa marah, frustasi, dan emosi yang nanti ia rasakan.

Photo by RODNAE Productions: https://www.pexels.com/photo/boy-sitting-on-his-desk-while-pointing-towards-the-camera-6936412/

Beragam Cara Agar Si Kecil Tidak Menjadi Pembully

Nah kini kita akan berfokus tentang cara agar Si Kecil tidak menjadi pelaku pembullyan yang akan dijabarkan berikut ini.

1. Mengajarkan makna perbedaan

Papa dan Mama yang berada di Indonesia tentu tahu bahwa negara kita penuh dengan banyak perbedaan yang beragam. Hal ini juga secara tidak langsung dapat menjadi bahan pengajaran pada Si Kecil. Papa dan Mama dapat mengajarkannya banyak perbedaan seperti warna kulit, ras, agama dan lainnya. Manfaat dari ini adalah ia akan memiliki pola pikir yang terbuka saat nantinya ia masuk ke sekolah dan melihat banyak sekali perbedaan antar anak seusianya.

2. Mengenali lingkungan bermain Si Kecil

Jika Si Kecil menjadi pembully, hal ini bisa saja terjadi karena ia pernah menjadi korban perundungan di lingkungan pergaulannya yang lain. Hal ini memicunya untuk menunjukkan “kuasanya” dengan sikap agresif pada teman lainnya. Karena itulah penting bagi Papa dan Mama untuk dapat mengenali lingkungan Si Kecil dan memastikan bahwa ia juga aman dari aksi perundungan di sekitarnya.

3. Menjaga konten digital anak

Di era seperti saat ini, konsumsi konten internet tak hanya kita saja yang bisa melakukannya, namun Si Kecil juga. Perlilaku Si Kecil akan sangat dipengaruhi dari apa yang ia konsumsi seperti tontonan, bacaan atau kegiatannya setiap hari. Papa dan Mama harus bisa membantunya untuk memilihkan konten-konten internet yang bermanfaat. Jika terdapat konten yang kebetulan membahas hal yang tidak baik, Papa dan Mama dapat mengajaknya berbicara sambil menerangkan bahwa hal tersebut tidaklah baik untuk dilakukan.

4. Bantu ia mengendalikan emosi

Sebagai anak kecil, wajar baginya jika masih belum dapat mengatur emosinya dengan baik. Saat ia merasakan emosi tertentu seperti marah, sedih, kecewa atau emosi negatif lainnya maka ia biasanya akan melampiaskan hal tersebut dengan berbagai cara, salah satunya adalah membully. Agar ia tidak menjadi pembully, jika melihat pada faktor ini maka kita perlu untuk mengajarinya cara mengatur emosi tersebut. Kita perlu untuk tidak segan saat menanyakan perasaannya hari ini, mulai dengan membangun komunikasi, kita dapat membantunya untuk mengekspresikan emosi tersebut dengan ragam hal seperti bermain, bernyanyi, melukis atau lainnya.

Baca Juga: Bullying, Hal Wajib yang Harus Orangtua Ketahui!
5. Berikan ia contoh yang baik

Si Kecil sedang berada dalam masa pertumbuhan baik secara fisik dan juga mental. Ia akan dapat tumbuh menjadi pribadi seperti apa tentu bergantung dengan proses ia berkembang sehari-hari. Dalam perjalanannya, kita sebagai orangtua perlu untuk selalu memberikannya contoh yang positif seperti tidak mudah marah, tidak berkata kasar atau hal lainnya.

Jika kita mampu mengendalikan emosi dengan baik di depan anak maka ia juga akan menangkap hal tersebut untuk ia tiru.

Nah itulah beberapa cara untuk mencegah anak menjadi pembully. Papa dan Mama dapat mulai untuk melakukan hal-hal tersebut, ya! Kesabaran adalah hal yang mutlak untuk membentuk karakter baik pada anak tapi hal ini penting untuk kita jadikan tantangan! -KJ

 

Perkembangan Motorik Si Kecil yang Harus Diketahui

Si Kecil yang tumbuh dengan cepat sangatlah menakjubkan. Banyak aspek pertumbuhan seperti kekuatan fisiknya yang meningkat karena motorik kasar dan halusnya. Perkembangan motorik sangatlah penting karena hubungannya antara otak, syaraf dan otot. Motorik kasar memiliki keterkaitan dengan otot besar Si Kecil seperti berlari, melompat, atau gerakan kuat lainnya. Sementara, motorik halus berkaitan dengan gerakan anggota tubuh kecil seperti jari tangan untuk menulis, membawa barang dan lainnya.

Berdasarkan hal itu, maka pertumbuhan motorik Si Kecil sangatlah penting untuk Moms dan Dads perhatikan. Memulai membantu tumbuh kembangnya agar semakin optimal dapat orangtua mulai dari memahami tahapan perkembangan motorik Si Kecil seperti pembahasan berikut!

Baca Juga: 6 Bulan Usia Vital Bagi Pertumbuhan Bayi

0-3 bulan  Sejak awal ia lahir hingga memasuki usia 3 bulan, ia akan menggunakan kemampuan otot mendasarnya seperti mengangkat kepala, dada dan beberapa motorik halus. Moms dan Dads dapat membantunya dengan melatih Si Kecil menggunakan benda yang dapat ia genggam karena ia akan mulai menggunakan jarinya dengan menggenggam sehingga berikanlah benda kecil yang mudah ia genggam seperti mainan rattle, atau perlengkapan bayi dengan bahan yang halus.
4-6 bulan Setelah melewati fase 3 bulan pertama, pada usia ini, Ia akan mulai untuk menggerakan badannya. Moms dan Dads bisa membantunya dengan memberikan mainan berukuran besar yang dapat melatihnya bermain dengan leluasa menggunakan seluruh fungsi tubuhnya.
7-9 bulan Pada usia ini, biasanya Si Kecil sudah menjadi lebih kuat secara fisik besar maupun kecil. Khususnya motorik halus, ia akan semakin terlatih untuk menggunakan tenaga sesuai gerak tubuhnya.
10-12 bulan Nah, biasanya Moms dan Dads akan kaget saat menyadari bahwa Si Kecil akan berusia 1 tahun. Pada usia ini, ia akan mulai mengangkat badannya untuk berdiri dan berjalan dengan kaki kecilnya. Kini ia juga dapat duduk tanpa perlu dibantu lagi dan juga mengangkat kakinya tanpa kehilangan keseimbangannya.
1-2 tahun Perkembangannya semakin nampak karena kemampuan refleknya yang semakin membaik. Kini ia semakin pintar dan mampu berjalan dengan baik lalu menerapkannya dalam tujuan tertentu seperti saat mendorong dan menaiki tangga. Kemampuan motorik  halusnya pun meningkat sehingga ia dapat memainkan permainan yang diberikan lebih baik seperti menggambar, dan mengganti baju.
2-3 tahun Di usia in, semakin jelas pertumbuhan fisik Si Kecil yang semakin kuat. Banyak aktivitas yang dapat ia lakukan seperti bermain bola kecil, mengenakan pakaiannya, dan membawa-bawa benda kecil tanpa terlepas. Manfaatkanlah masa ini untuk semakin memperkuat kemampuan motoriknya dengan mengajaknya melakukan ragam aktivitas menyenangkan seperti berpiknik, menggambar benda-benda di sekitarnya.
3-4 tahun Pada saat ini, Si Kecil akan mampu menggunakan kemampuan motoriknya jauh lebih baik. Ia mampu mengayunkan tangannya, dan berlari lari. Kemampuannya menyeimbangkan tubuh juga sudah semakin baik.

Baca Juga: Pantau Pertumbuhan Anak dari Tinggi Badan

Nah, demikianlah tahapan perkembangan motorik Si Kecil berdasarkan usianya. Perlu untuk diketahui bahwa perkembangan motorik kasar biasanya dibarengi dengan perkembangan motorik halusnya. Namun, bukan berarti motorik halus tidak perlu dilatih ya. Tak lupa selalu berikan asupan nutrisi terbaik bagi Si Kecil. -KJ

 

top-margin:10px;