Bullying, Hal Wajib yang Harus Orangtua Ketahui!

Hingga saat ini, bullying atau perundungan masih sering terjadi dalam kehidupan anak-anak kita. Sekolah dan lingkungan umum lainnya sangat sering menjadi tempat terjadinya perundungan ini. Sayangnya, tak semua anak yang menjadi korban bullying berani untuk menceritakannya kepada orangtua karena beberapa faktor seperti ketakutan berlebih, atau justru mentalnya yang sudah sangat lelah karena perundungan.

Studi oleh Ketik Unpad dengan data KPAI menjelaskan bahwa tingkat perundungan semakin meningkat sejak tahun 2016 hingga 2020. Merujuk pada data tersebut, maka penting bagi Moms dan Dads untuk dapat memiliki jalur komunikasi yang sangat baik dengan Si Kecil sehingga perundungan ini dapat segera berhenti.

Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-duduk-anak-kecil-kursi-7929419/

Tanda- tanda Si Kecil Menjadi Korban Bullying

Perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa setiap perilaku bullying tidaklah sama meski masih sama-sama perbuatan yang tidak baik. Setiap jenis memiliki gaya yang berbeda dan cara yang berbeda untuk mengintimidasi targetnya. Dengan menyadari jenis-jenis perundungan tersebut maka orangtua akan dapat lebih tanggap dalam membantu Si Kecil melewati masa sulit tersebut. Adapun beberapa jenis perundungan yang bisa terjadi pada Si Kecil, yaitu:

1. Perundungan secara Verbal

Sesuai namanya, perundungan jenis ini terjadi melalui perkataan yang menyakitkan dengan asosiasi negatif seperti; si dungu, si gendut, si jelek. Biasanya si pelaku akan terus menerus melakukan perundungan ini untuk merendahkan orang lain yang menjadi targetnya. Bullying secara verbal seringkali sulit untuk diketahui karena biasanya terjadi saat orang dewasa tidak ada di sekitar mereka.

Hal ini bisa diperparah karena orang dewasa sering beranggapan bahwa perkataan anak-anak tidak perlu dianggap serius sehingga cenderung menyarankan Si Kecil untuk mengabaikannya. Padahal, verbal bullying harus ditanggapi dengan sangat serius karena bisa saja meninggalkan luka emosional yang dibawa hingga dewasa.

Baca Juga: Menangani Si Kecil yang Hiperaktif

2. Pengucilan terhadap teman

Perilaku ini adalah jenis bullying yang sangat sulit diidentifikasi. Tidak muncul melalui perkataan maupun kekerasan fisik namun lebih ke perilaku Si Kecil dan teman-temannya.  Emosional Si Kecil adalah sasaran dari perundungan ini di mana pelaku (sendiri maupun kelompok) dengan sengaja mengucilkan temannya dengan berbagai cara seperti menuduh, fitnah dan lainnya.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kedudukannya dibandingkan korbannya sehingga ia dapat berkuasa atas targetnya. Jika Si Kecil menjadi lebih penyendiri dari biasanya, atau menjadi orang yang lebih sensitif, bisa saja ia menjadi korban dari perundungan ini karena tingkat kepercayaan dirinya yang berkurang.

3. Ditindas secara fisik

Fisik. Penindasan jenis ini akan memiliki dampak yang kasat mata. Bullying ini terjadi saat anak-anak menggunakan fisik untuk membuat targetnya tidak berdaya. Perilaku seperti memukul, menendang, memukul, menampar, menjambak adalah cirinya. Akibat dari perbuatan ini bagi korban juga mudah terlihat seperti memar atau luka. Saat Si Kecil ditanya mengenai hal ini maka ia tidak akan memberikan alasan yang masuk akal.

Sehingga, penting bagi orangtua untuk jeli. Pasalnya, Si Kecil sangat mungkin menutupi bekas-bekas tersebut. Perhatikan tanda-tanda yang muncul dari perilakunya seperti menolak jika menggunakan baju yang agak terbuka. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang tidak ingin orangtuanya ketahui.

Baca Juga: Stres Pada Balita? Kita Kenali Penyebabnya!

4. Perundungan secara seksual

Biasanya perundungan ini lebih sering terjadi pada perempuan. Perundungan ini pun sangat berpotensi untuk terjadi secara berulang. Tingkatannya pun memiliki tingkatan tersendiri mulai dari yang ringan seperti memberi julukan seperti bagian tertentu yang “terkesan” tidak biasa, hingga yang berat seperti sentuhan-sentuhan yang tidak pantas.

Belum lagi dari akibat teknologi digital. Dengan tingkat emosi yang masih lemah, bisa saja Si Kecil bertukar foto diri ke temannya yang tidak seharusnya karena beberapa alasan. Hal ini membutuhkan kontrol yang sangat teliti dari orangtua

5. Cyberbullying

Ya, perundungan ini terjadi karena perubahan jaman yang masif seperti penggunaan media sosial. Perundungan pada anak juga bisa terjadi di dunia maya karena saat ini sudah banyak anak-anak yang mempunyai akun media sosialnya sendiri. Misal, jika Si Kecil dikomentari secara negatif oleh akun yang tidak jelas identitasnya. Bukan tidak mungkin ia akan menerima perkataan yang menyakitkan.

Jika intensitas Si Kecil di dunia maya terus meningkat namun tanpa ekspresi riang atau bertanya pada orangtua, maka Moms dan Dads perlu curiga. Bicarakanlah dengan terlebih dahulu berbincang dengan ringan bersamanya sebelum “mengulik” apa yang terjadi.

    Tindakan orangtua jika Si Kecil menjadi korban

    Penting bagi orangtua untuk mengetahui tanda-tanda bullying pada anak. Hal ini bertujuan agar orangtua bisa mendampingi dan mencarikan titik pemecahan masalahnya sehingga dampaknya dapat berkurang. Sebagai tips, berikut tindakan yang dapat diambil saat Si Kecil menjadi korban perundungan.

    1. Menggali masalah dengan cara yang tepat

    Jika perundungan terjadi pada Si Kecil, biasanya ia akan menjadi ketakutan. Sehingga, penting bagi orangtua agar dapat menjadi pemecah masalah yang baik. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan membiarkannya menceritakan sendiri tanpa adanya paksaan dari orangtua. Karena bisa jadi bagi Si Kecil, menceritakan hal tersebut adalah hal yang meyakitkan sehingga butuh kemauan dari dirinya sendiri untuk bercerita.

    2. Berikan dukungan dan semangat pada anak

    Tindak lanjut dari poin pertama. Orangtua perlu memastikan bahwa situasinya juga mendukung. Karena pada kondisi seperti itulah orangtua dapat menjelaskan bahwa kita tidak akan meninggalkan Si Kecil dalam masalah ini. Jelaskan juga bahwa Moms dan Dads tidak marah karena hal ini sambil menunjukan sikap yang tenang.

    Baca Juga: Membentuk Pribadi Ceria pada Si Kecil!

    3. Kumpulkan bukti yang kuat

    Sebisa mungkin, kumpulkanlah bukti perundungan seperti dokumentasi jika anak terkena bullying. Bukti tersebut dapat berupa bukti foto jika kekerasan terjadi secara visual ataupun rekaman jika terjadi secara verbal. Jika sudah, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan tidak ragu membicarakan ini dengan pihak yang berkepentingan seperti misalkan sekolah.

    Jangan sampai Si Kecil terus menerus terkena perundungan karena masalah ini tidak kunjung orangtua selesaikan.

    4. Mengembalikan kepercayaan diri Si Kecil

    Seperti sebelumnya disinggung, perundungan akan sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri Si Kecil. Sebagai orangtua, kita harus berperan sebagai penenang untuk mengembalikan kepercayaan diri Si Kecil.

    Kuatkanlah dia, latihlah ia untuk lebih berani untuk melawaan hinaan orang lain tanpa harus menghina orang tersebut karena membalas kejahatan dengan kejahatan tidaklah membuat semuanya membaik.

    Nah setelah memahami alasan perundungan terjadi dan cara memposisikan diri bagi Si Kecil, sekarang orangtua dapat lebih bersiap siaga apabila terjadi perubahan tertentu pada Si Kecil. Semoga semuanya membaik, ya! -KJ

     

    anak berteriak

    Menangani Si Kecil yang Hiperaktif

    Memiliki anak yang aktif tentu akan menjadi sebuah kesenangan tersendiri. Anak yang aktif biasanya akan lebih mudah dalam proses pembelajaran hal-hal baru yang mendukung tumbuh kembangnya. Namun jangan salah, perlu diketahui bahwa bisa saja seorang anak dapat menjadi terlalu aktif atau biasa disebut hiperaktif. Hal seperti ini justru akan membawa dampak lain yang kurang baik, sehingga orangtua perlu untuk terlebih dahulu mengenali potensi ini. Nah, agar semakin jelas berikut adalah beberapa tanda hiperaktif pada Si Kecil, antara lain:

    Tanda Hiperaktif pada Si Kecil

    • Berlari-lari dan berteriak di ruangan di waktu yang tidak tepat seperti di kelas, atau malam hari di rumah
    • Selalu bergerak hingga mengganggu orang lain atau bahkan merusak benda di sekitar.
    • Terus menerus berbicara
    • Selalu merasa gelisah sehingga butuh ‘penyaluran’ akan hal tersebut
    • Sulit untuk fokus saat melakukan hal tertentu seperti makan atau belajar

    Jika selalu dibiarkan, kondisi seperti ini sangat berpotensi menyebabkan banyak masalah karena ia kemudian tidak dapat berkonsentrasi dalam setiap kegiatan. Selain konsentrasi, hubungan sosialnya pun akan terganggu seperti hubungan dengan teman-teman sekolah, guru atau bahkan orang tua. Secara jangka panjang, masalah ini akan menyebabkan gangguan kecemasan yang akan timbul seiring ia semakin besar. Dalam mengenalinya sendiri, orangtua wajib untuk tahu apa yang menjadi penyebab Si Kecil menjadi hiper aktif.

    Penyebab Tingkah Hiperaktif pada Si Kecil

    1. Anak mengalami stres atau tertekan

    Si Kecil kerap kali menjadi terlalu aktif secara tiba-tiba, namun ternyata hal ini juga bisa terjadi karena Si Kecil merasa stres dan tertekan. Untuk lebih memastikan, hal tersebut maka orangtua perlu untuk lebih aktif memantau segala rutinitas Si Kecil. Pastikan bahwa setiap kegiatannya dapat dapat dipantau agar lebih mudah bagi orangtua untuk mencari tau adanya potensi tekanan tersebut.

    2. Masalah kesehatan emosional atau mental

    Meski ia masih kecil, bukan berarti ia tidak memiliki emosi. Faktanya, masalah emosional sering terjadi pada anak. Karena inilah yang mengakibatkan ia bertingkah tidak seperti biasanya. Jika Moms merasakan hal tersebut, segeralah ajak ia berkomunikasi untuk mengetahui penyebabnya, namun jika hal ini sudah menjadi serius, segeralah dapatkan bantuan ahli untuk membantu kebutuhannya.

    3. Kurang berolahraga

    Sudah sewajarnya Si Kecil aktif dan penuh energi yang dilakukan dengan berbagai cara seperti olahraga. Namun, tanpa berolahraga yang cukup, ia akan kesulitan untuk melepaskan rasa stres yang justru menyebabkannnya menjadi stres. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan mengajaknya berolahraga dengan porsi yang tepat. Ajaklah ia bermain dan berolahraga di taman, bersepeda, dan lari santai untuk menyalurkan energinya secara positif.

    4. Tidak tidur siang atau terlambat tidur malam

    Kualitas tidur juga menentukan kondisi mental, lho! Tak hanya bagi orang dewasa namun juga untuk Si Kecil. Ketika ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat, biasanya justru ia akan menjadi lebih terjaga karena banyaknya produksi adrenalin. Pastikan agar Si Kecil memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat dengan beberapa cara seperti poin sebelumnya yaitu berolahraga dengan cukup.

    5. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

    ADHD tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga memiliki potensi untuk mengalami ini. Gangguan inilah yang menyebabkan perubahan impulsif sehingga membuatnya tidak dapat berkonsentrasi. Terdapat beberapa gejala yang berkaitan dengan gangguan ini, seperti:

    • Kesulitan untuk menenagkan diri yang terlihat dari sifat tidak bisa diam dan selalu menggerakan anggota tubuh.
    • Aktivitasnya menjadi sulit ditebak, terkadang pasif kadang terlalu aktif
    • Terus menerus berbicara termasuk dalam situasi yang tidak tepat
    • Mengganggu orang sekitarnya

    Jika potensi ini nampak nyata, maka segeralah mendatangi dokter ahli yang dapat membantu menanganinya sesuai tindakan yang terstruktur. Biasanya dokter akan memberikan penilaian  dan memberikan evaluasi lebih lanjut untuk kemudian menentukan perawatan yang sesuai. -KJ

    kid crying

    Stres Pada Balita? Kita Kenali Penyebabnya!

    Usia tumbuh kembang balita merupakan masa yang berisi dengan beragam hal. Segala ketrampilan, kemampuan berpikir, hingga tekanan yang terjadi pada masa ini akan menimbulkan ketidakseimbangan emosi yang akan membuat stres pada balita.

    Sebelum mendalami faktor penyebab dan cara mengatasinya, perlu papa mama ketahui ciri-ciri Si Kecil mengalami stres seperti berikut:

    – Mood atau suasana hati yang tidak menentu
    – Pola makan dan tidur yang berubah-ubah
    – Mudah marah dan berkepanjangan
    – Tiba-tiba tak menyukai hal yang sangat ia suka
    – Nampak tidak fokus dan tidak bersemangat
    – Pada beberapa kasus disertai dengan beberapa penyakit fisik
    crying kid

    Penyebab Stres Pada Balita

    Hal utama yang mendasarinya adalah perasaan sensitf terhadap beberapa hal atau lingkungan sekitar yang tidak ia sukai. Hal ini sebenarnya sangat penting untuk dipahami oleh orang tua sehingga sangat perlu untuk memahami penyebab yang akan diuraikan sebagai berikut:

    1. Kurang tidur

    Meski ia nampak sangat bertenaga dari setiap kegiatannya, bukan berarti ia tidak akan merasa lelah. Biasanya ia tidak akan mengakui rasa lelah tersebut meski sebenarnya ia sangat merasakannya. Hal yang berbahaya adalah perubahan kondisi moodnya akibat kelelahan tersebut, ya, sama seperti orang dewasa. Oleh karena itu, penting untuk dapat memastikan Si Kecil memiliki cukup waktu untuk beristirahat.

    2. Padatnya aktivitas

    Untuk menggali potensinya, beberapa orang tua akan mencoba mengikut sertakannya dalam beberapa aktivitas. Hal ini tentu saja baik untuk mendalami bakat ataupun kemampuan lainnya. Namun aktivitas ini bisa menguras sebagian besar tenaganya. Untuk mengatasi ini, selain berkaitan dengan poin pertama, orang tua perlu untuk memastikan beberapa hal seperti asupan gizi, pengaturan jadwal yang seimbang bagi Si Kecil.

    3. Konsumsi konten dewasa

    Kemajuan teknologi memang bukan sesuatu yang bisa dihindari. Banyak manfaat yang kita rasakan karena perkembangan jaman dan cepatnya akses informasi. Namun, anak yang memiliki akses jaringan sangat bisa terpapar konten atau informasi untuk orang dewasa. Tak melulu soal pornografi, namun bisa saja berupa berita yang tidak baik, video yang menyeramkan seperti kekerasan atau kembali lagi yaitu pornografi. Paparan ini akan sangat mudah mengubah kondisi mental dan pikirannya. Oleh karena itu, para orang tua sebaiknya lebih selektif dalam memilah konten dan membuat frekuensi bagi anak dalam memainkan gawai.

    4. Perundungan atau Bullying

    Perundungan atau biasanya disebut “Bullying” adalah hal yang sangat berbahaya bagi kesehatan pikiran dan mental Si Kecil. Sebab, ia yang menjadi korbannya akan merasakan efek berkepanjangan seperti rasa malu, takut yang kemudian akan ia sembunyikan dari orang tua. Jika terus dibiarkan maka ia akan menampung semuanya sendiri dan akan menjadi pemicu stress yang tidak baik.

    Peran orang tua dalam situasi ini adalah dengan menjadi figur yang selalu ada baginya. Tak hanya menemani saat ia baru saja dirundung, namun juga kapanpun ketika memungkinkan untuk mengatakan padanya bahwa ia harus percaya diri dan kuat dalam setiap harinya.

    5. Penyakit

    Kita yang sudah dewasa pun pasti akan merasa stres saat mengetahui bawah orang tua kita menderita penyakit serius. Hal ini terjadi juga pada Si Kecil ketika ia mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit. Saat ini, hanya dukungan orang tua dan keberadaan papa dan mama lah yang sangat berarti baginya selain untuk memeriksakannya ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.

    6. Permasalahan rumah

    Mengasuhnya dengan sepenuh kasih saying dari keluarga adalah hal wajib. Namun seiring perjalanannya, biasanya tak akan terhindar dari beberapa permasalahan papa dan mama, apalagi jika permasalahan tersebut memuncak hingga hal buruk terjadi. Jika pertengkaran terjadi dan ia melihatnya, ia akan menghadapi perubahan besar dalam dirinya. Baiknya, buatlah komitmen untuk tidak menunjukan emosi atau selesaikanlah masalah tersebut tanpa harus dilihatnya.

    Mengatasinya

    Stres pada balita tentu akan mengganggu kegiatan harian bahkan merubah sifatnya dalam jangka panjang sehingga perlu untuk diatasi sejak awal. Berikut beberapa cara menghilangkan stres yang dapat kita lakukan agar Si Kecil kembali ceria:

    Pertama, berilah ia semangat untuk menghadapi segala masalah. Karena biasanya saat ia mendapat masalah, ia lebih suka menghindarinya. Hal ini sebenarnya tidaklah baik, sehingga kita perlu untuk membantunya untuk berani menghadapi masalahnya agar kelak ia terbiasa dan menjadi lebih kuat.

    Kedua, seringlah mengajaknya berdiskusi. Ketika ia menceritakan masalah, perlu papa mama ketahui bahwa itu adalah hal yang “langka”, maka jadilah pendengar yang baik dan menjadi orang yang dapat ia andalkan dalam menyelesaikan ketakutannya.

    Ketiga, tanamkan bahwa rumah adalah tempat yang aman dan nyaman bagi Si Kecil.  Setelah kegiatan di luar, rumah adalah tempat di mana ia akan terlepas dari beban pikirannya dan menemukan cara untuk mengatasi masalahnya. Papa mama pun perlu untuk membangun suasana yang menenangkan agar kondisi rumah adalah seperti yang ia harapkan.

    Cara-cara tersebut pada intinya adalah tentang membangun hubungan yang kuat antara orang tua dan Si Kecil. Agar dapat menjadi lebih sukses, pastikan untuk dapat meluangkan waktu untuk Si Kecil untuk dapat beristirahat dengan rasa sayang dari orang tua sehingga mentalnya terus terjaga dan ia menjadi lebih kuat. -KJ

    top-margin:10px;